Beranda | Artikel
Keutamaan Menasihati Kaum Muslimin (Bag. 5)
Sabtu, 1 Juni 2024

Melanjutkan pembahasan serial dari keutamaan menasihati kaum muslimin. Setelah sebelumnya membahas tentang pengaruh besar dari nasihat yang baik di mana nasihat yang baik akan melahirkan perbuatan yang baik, maka ada pula nasihat buruk yang akan berpengaruh dalam melahirkan perbuatan atau dampak yang buruk.

Contoh dari Al-Qur’an bahwasanya nasihat yang buruk akan melahirkan dampak yang buruk

Nasihat Iblis kepada Adam dan Hawa

Di antara contoh dari nasihat yang buruk adalah nasihat Iblis kepada Adam dan Hawa ‘alaihimassalam. Sebagaimana yang Allah Ta’ala hikayatkan kisah mereka di dalam Al-Qur’an,

وَقَاسَمَهُمَآ إِنِّى لَكُمَا لَمِنَ ٱلنَّـٰصِحِينَ  فَدَلَّٮٰهُمَا بِغُرُورٍ۬‌ۚ فَلَمَّا ذَاقَا ٱلشَّجَرَةَ بَدَتۡ لَهُمَا سَوۡءَٲتُہُمَا وَطَفِقَا يَخۡصِفَانِ عَلَيۡہِمَا مِن وَرَقِ ٱلۡجَنَّةِ‌ۖ وَنَادَٮٰهُمَا رَبُّہُمَآ أَلَمۡ أَنۡہَكُمَا عَن تِلۡكُمَا ٱلشَّجَرَةِ وَأَقُل لَّكُمَآ إِنَّ ٱلشَّيۡطَـٰنَ لَكُمَا عَدُوٌّ۬ مُّبِينٌ۬

Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya, ‘Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua.’ Maka, setan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasakan buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian, Rabb mereka menyeru mereka, ‘Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu bahwasanya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?’” (QS. Al-’Araf: 21-22)

Kemudian apa hasil dari nasihat yang buruk itu? Allah Ta’ala berfirman,

قَالَ ٱهۡبِطُواْ بَعۡضُكُمۡ لِبَعۡضٍ عَدُوٌّ۬‌ۖ وَلَكُمۡ فِى ٱلۡأَرۡضِ مُسۡتَقَرٌّ۬ وَمَتَـٰعٌ إِلَىٰ حِينٍ۬

Allah berfirman, ‘Turunlah kamu sekalian. Sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan.`” (QS. Al-’Araf: 24)

Dalam konteks yang lain, Allah Ta’ala berfirman,

فَأَزَلَّهُمَا ٱلشَّيۡطَـٰنُ عَنۡہَا فَأَخۡرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ‌ۖ

Lalu, keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula.” (QS. Al-Baqarah: 36)

Demikianlah, hasil dari nasihat yang buruk. Dampaknya begitu dahsyat sampai-sampai nenek moyang manusia Adam dan Hawa harus merasakan pahit dan getirnya dunia setelah merasakan manis dan indahnya surga.

Nasihat Firaun kepada kaumnya

Kisah yang lain, Allah Ta’ala menghikayatkan tentang Firaun yang menampakkan kepada kaumnya seolah-olah ia adalah pemberi nasihat yang baik untuk kaumnya. Allah Ta’ala berfirman,

قَالَ فِرۡعَوۡنُ مَآ أُرِيكُمۡ إِلَّا مَآ أَرَىٰ وَمَآ أَهۡدِيكُمۡ إِلَّا سَبِيلَ ٱلرَّشَادِ

Firaun berkata, ‘Aku tidak mengemukakan kepadamu, melainkan apa yang aku pandang baik; dan aku tiada menunjukkan kepadamu selain jalan yang benar.`” (QS. Ghafir: 29)

Bersamaan dengan nasihat ini, tampak kekhawatiran dan kecemasan Firaun akan kehadiran Nabi Musa ‘alaihis salam yang mengancam keyakinannya. Pada beberapa ayat sebelumnya, Allah Ta’ala berfirman tentang ucapan Firaun yang lain,

وَقَالَ فِرۡعَوۡنُ ذَرُونِىٓ أَقۡتُلۡ مُوسَىٰ وَلۡيَدۡعُ رَبَّهُ ۥۤ‌ۖ إِنِّىٓ أَخَافُ أَن يُبَدِّلَ دِينَڪُمۡ أَوۡ أَن يُظۡهِرَ فِى ٱلۡأَرۡضِ ٱلۡفَسَادَ

Dan Firaun berkata (kepada pembesar-pembesarnya), ‘Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Rabbnya, karena sesungguhnya aku khawatir dia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi.`” (QS. Ghafir: 26)

Dari nasihat-nasihat Firaun di atas, Allah Ta’ala pun mengabarkan tentang kaumnya Firaun yang menerima nasihat-nasihat dari Firaun,

فَٱسۡتَخَفَّ قَوۡمَهُ ۥ فَأَطَاعُوهُ‌ۚ إِنَّهُمۡ كَانُواْ قَوۡمً۬ا فَـٰسِقِينَ

Maka, Firaun mempengaruhi kaumnya (dengan perkataan itu) lalu mereka patuh kepadanya. Karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik.” (QS. Az-Zukhruf: 54)

Kemudian, bagaimana kiranya hasil yang diperoleh oleh si penasihat (Firaun) dan yang dinasihati (kaumnya) dalam hal ini? Simaklah firman Allah Ta’ala dalam ayat-ayat berikut ini,

فَوَقَٮٰهُ ٱللَّهُ سَيِّـَٔاتِ مَا مَڪَرُواْۖ وَحَاقَ بِـَٔالِ فِرۡعَوۡنَ سُوٓءُ ٱلۡعَذَابِ  ٱلنَّارُ يُعۡرَضُونَ عَلَيۡہَا غُدُوًّ۬ا وَعَشِيًّ۬اۖ وَيَوۡمَ تَقُومُ ٱلسَّاعَةُ أَدۡخِلُوٓاْ ءَالَ فِرۡعَوۡنَ أَشَدَّ ٱلۡعَذَابِ  وَإِذۡ يَتَحَآجُّونَ فِى ٱلنَّارِ فَيَقُولُ ٱلضُّعَفَـٰٓؤُاْ لِلَّذِينَ ٱسۡتَڪۡبَرُوٓاْ إِنَّا كُنَّا لَكُمۡ تَبَعً۬ا فَهَلۡ أَنتُم مُّغۡنُونَ عَنَّا نَصِيبً۬ا مِّنَ ٱلنَّارِ  قَالَ ٱلَّذِينَ ٱسۡتَڪۡبَرُوٓاْ إِنَّا كُلٌّ۬ فِيهَآ إِنَّ ٱللَّهَ قَدۡ حَكَمَ بَيۡنَ ٱلۡعِبَادِ

Maka, Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka. Dan Firaun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. Kepada mereka ditampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat. (Dikatakan kepada malaikat), ‘Masukkanlah Firaun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras.’ Dan (ingatlah), ketika mereka berbantah-bantah dalam neraka, maka orang-orang yang lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri, ‘Sesungguhnya kami adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan dari kami sebagian azab api neraka?’ Orang-orang yang menyombongkan diri menjawab, ‘Sesungguhnya kita semua sama-sama dalam neraka karena sesungguhnya Allah telah menetapkan keputusan antara hamba-hamba-(Nya).’” (QS. Ghafir: 45-48)

Kedua kisah di atas sebagai contoh akan buruknya dampak dari nasihat yang tidak baik. Sehingga, tidaklah yang terlahir dari nasihat yang buruk, melainkan keburukan pula, baik keburukan itu semisal atau lebih parah dampaknya. Karenanya, kaum muslimin hendaknya tetap tegar dalam memberikan nasihat di atas kebaikan dan petunjuk dan menjauhkan segala bentuk nasihat yang berlandaskan keburukan. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam hadis yang diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,

مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنْ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنْ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا

Barangsiapa mengajak kepada kebaikan, maka ia akan mendapat pahala sebanyak pahala yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Sebaliknya, barangsiapa mengajak kepada kesesatan, maka ia akan mendapat dosa sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.”[1]

Semoga bermanfaat. Wallahul Muwaffiq.

[Bersambung]

***

Depok, 15 Zulkaidah 1445H / 22 Mei 2024

Penulis: Zia Abdurrofi


Artikel asli: https://muslim.or.id/95247-keutamaan-menasihati-kaum-muslimin-bag-5.html